-->
Sejumlahpengiklan
Powered by Blogger.

Ini Bukan Titik Balik Kesehatan (biasa)

- 21:21
Adek kelasku di fakultas, orang yang pertama kali menawarkanku kerjaan kepadaku untuk jadi guru les. Dari dia aku melihat semangat mencari uang. Serta belajar mengatur diri.

Bayangin aja, dalam sehari rata-rata ngajar 3 murid. Tiap murid 1 setengah jam, di tempat yang berbeda. Dari pulang kuliah jam 3, langsung ke tempat les. Baru nyampe rumah jam 9.

Awalnya aku salut. Meski sesibuk itu,dia tetep jadi mahasiswa ber-IP tinggi seangkatannya. Dari jerih payanya itu dia bisa membantu orang tua, membiayai sekolah adiknya, dan membiayai kuliahnya. Tanpa minta sedikit pun ke orang lain.


Tapi, pertengahan 2010 adek kelasku itu kena tifus karena kecapean dan tidak menjaga kesehatan. Hampir 4 bulan diarawat di rumah sakit. Uang hasil jerih payahnya cukup banyak habis untuk perawatan.

gambar nyolong dari http://bit.ly/dKj7tS












Ternyata, uang ga bisa membeli kesehatan.

Aku mulai sadar, seberapa pun besar keinginan kita bekerja mencari uang, jangan lupakan kesehatan. Kalian ga mau kan uang yang kalian kumpulin susah-susah, ujung-ujungnya habis untuk mengobati sakit kalian sendiri, akibat keasikan kerja dan tidak peduli dengan kesehatan.

Meninggalnya Adji Masaid karena serangan jantung juga bisa jadi pelajaran. Serangan jantung bukan melulu karena keturunan. Tapi juga pola hidup tak sehat.

gambar nyolong dari http://bit.ly/dIpM3r
Mungkin banyak orang yang pengen hidup enak jadi artis, jadi pejabat, tapi kesehatan itu ga bisa dibeli, men! Sayang kan kalo kita harus meninggalkan orang-orang yang kita sayangi begitu cepat?

Aku ga menyudutkan almarhum. Apalagi nasib bukan kita yang ngatur. Semua garis adalah misteri. Tapi semasih kita bisa berusaha untuk mencegah, alangkah bahagianya bisa hidup bersama orang-orang tercinta dengan sehat sentosa.

Ha ini yang membuatku belajar akan pentingnya hidup sehat dan mencoba menerapkannya.

Sedikit pengalaman kecil lagi ketika aku SMA kelas 2. Guru yang ngajar terkenal punya tulisan kecil. Dia nulis di papan, semua siswa kesulitan membaca. Teman sebangkuku malah dengan gampangnya mengeja semua tulisan itu.

Ini karena matanya masih sehat. Beberapa patah kata dari temanku,"Berapa uang yang kita punya untuk membeli pengganti mata kita yang rusak nanti? Daripada begitu, mending kita jaga dari sekarang mata yang cuma dikasi sepasang dari Tuhan ini".

Dan itu sangat nusuk. Jagalah kesehatan dan matamu kawan..



*FYI: Tulisan ini diikutkan dalam Kontes Aku Ingin Sehat


 

ads